Senin, 30 Juni 2008

Dedengkot Liberal Pembela Nabi Palsu Meraih Doktor

Oleh : Hartono Ahmad Jaiz
Abd. Moqsith Ghazali pendukung Nabi palsu Ahmad Moshaddeq dari kalangan JIL (Jaringan Islam Liberal) berhasil meraih gelar Doktor Bidang Tafsir dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis (13/12/2007) malam, dengan predikat memuaskan (cumlaude). Disertasinya berjudul Pluralitas Umat Beragama dalam al-Qur’an: Kajian terhadap Ayat Pluralis dan Tidak Pluralis.
Para penguji terdiri dari Prof. Dr. Azyumardi Azra (Penguji dan Ketua Sidang), Prof. Dr. Salman Harun, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer, Prof. Dr. Suwito, Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara dan DR. Zainun Kamal.
Di antara para pengujinya ada seorang penguji, Dr Salman Harun yang termasuk Tim Penafsir Al-Qur’an, menanggapi keras disertasi Moqsith secara tertulis, dan menilai Moqsith sebagai salah faham dan tidak utuh dalam mengutip Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Munir karya Syekh Nawawi Al-Bantani. Sehingga disertasi Moqsith bertentangan dengan tafsir-tafsir yang dikutipnya itu. Menurut Salman, dua ulama itu (Imam Ibnu Katsir dan Imam Nawawi Al-Bantani) berkesimpulan hanya Muslim yang masuk surga. Tapi Moqsith menyimpulkan, non muslim juga bisa. Makanya Dr Salman Harun berkomentar: “Disertasi Begini kok Lulus.”
Di samping itu Moqsith menganggap, bahwa di dalam al-Qur’an ada kontradiksi (ta’arudl) antara ayat yang mendukung pluralisme dan yang menolaknya. Dia kemukakan contoh sekenanya bahwa ada ayat berbunyi la ikraha fi al-din (tidak ada paksaan dalam beragama), di samping ada juga ayat faqtulu al-musyrikin (bunuhlah orang-orang musyrik).

Tuduhan itu terlalu berani.
Seandainya Moqsith mau menyimak dua ayat berikut ini saja, kalau dia konsekuen, maka mungkin dia tidak akan menyatakan bahwa di dalam al-Qur’an ada kontradiksi (ta’arudl).
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. dan Sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami Ini orang Nasrani”. yang demikian itu disebabkan Karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) Karena Sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri.” (QS Al-Maaidah: 82).

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah[638] dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (QS At-Taubah: 29).

[638] Jizyah ialah pajak per kepala yang dipungut oleh pemerintah Islam dari orang-orang yang bukan Islam, sebagai imbangan bagi keamanan diri mereka.

Di ayat itu tidak ada pemaksaan pula untuk masuk agama Islam. Mereka bisa memilih, membayar jizyah sebagai imbangan keamanan diri mereka atau mau masuk Islam, terserah saja.
Terserah Moqsith mau percaya atau tidak, tetapi yang jelas, ungkapan Moqsith itu sudah menentang terang-terangan terhadap ayat dan hadits berikut ini:

82. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (An-Nisaa’: 82).

Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata: “Aku pernah duduk bersama saudaraku dalam sebuah majelis yang lebih aku sukai daripada memiliki unta-unta yang merah. Ketika aku dan saudaraku berjalan, tiba-tiba kami temukan orang-orang yang sudah tua dari kalangan sahabat Nabi berada di depan salah satu pintu dari pintu-pintu (rumah) Nabi. Kami tidak ingin merusak majelis mereka. Maka kami pun duduk di bagian belakang. Ternyata mereka sedang membicarakan sebuah ayat dalam Al-Qur’an. Mereka berselisih pendapat tentangnya, sehingga mengeraslah suara-suara mereka. Kemudian Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam pun keluar dalam keadaan marah, hingga wajahnya memerah. Beliau melempar mereka dengan tanah, lalu berkata:
Tahanlah wahai kaumku! Sesungguhnya karena hal yang seperti inilah umat-umat sebelum kalian binasa. Mereka menyelisihi nabi-nabi mereka dan mempertentangkan sebagian (isi) kitab dengan sebagian yang lainnya. Sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan tidak saling mendustakan sebagian dengan sebagian yang lainnya. Namun justru saling membenarkan antara sebagiannya dengan sebagian yang lainnya. Apa yang kalian ketahui darinya, maka amalkanlah. Dan apa yang tidak kalian ketahui, maka kembalikanlah kepada orang yang mengetahuinya. (HR Ahmad II/181, shahih: dishahihkan oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth no. 6702).
Jelaslah. Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda: Sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan tidak saling mendustakan sebagian dengan sebagian yang lainnya. Namun justru saling membenarkan antara sebagiannya dengan sebagian yang lainnya.
Dalam disertasi Moqsith, menunjukkan, bahwa di dalam al-Qur’an ada kontradiksi (ta’arudl) antara ayat yang mendukung pluralisme dan yang menolaknya.
Kalau para penguji (selain satu orang yang mengkritik Moqsith tentu saja) masih percaya kepada Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, mestinya menolak disertasi Moqsith itu. Namun anehnya, Azyumardi Azra (penguji, yang dalam kasus nabi palsu, dia dikenal sebagai salah satu penanda tangan penjelasan pengikut nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad yaitu JAI –Jemaat Ahmadiyah Indonesia) dan juga Nasaruddin Umar selaku pembimbing (yang juga penandatangan penjelasan pengikut nabi palsu, JAI), memuji-muji disertasi tokoh liberal yang jelas-jelas menentang ayat Allah dan hadits Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam ini.
Perlu diketahui, menurut situs wahidinstitut, Moqsith ini disebut pemikir muda Nahdhatul Ulama dan peneliti the WAHID Institute yang didirikan oleh Gus Dur (Abdurrahman Wahid) yang dikenal sering melontarkan pemikiran nyeleneh aneh.

Kaitan dengan nabi palsu
Dalam kasus munculnya nabi palsu Ahmad Moshaddeq di Jakarta 2007, Moqsith adalah tokoh pembelanya, bersama orang liberal lainnya. Nabi palsu itu sendiri difatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia, Ramadhan 1428H/ Oktober 2007M, sebagai kafir, dan agar ditindak oleh pemerintah dengan sesuai aturan yang ada.
Kenapa ada orang yang berani terang-terangan mengaku sebagai nabi? Secara kenyataan, bisa disimak bahwa sebenarnya ada factor penunjang, yaitu maraknya orang liberal warisan Nurcholish Madjid, Harun Nasution, dan dukungan Abdurrahman Wahid, Ahmad Syafii Maarif serta Dawam Rahardjo yang diawaki Ulil Abshar Abdalla, Abd Moqsith Ghazali dan lainnya yang berfaham semua agama sama (pluralisme agama) di mana-mana, bahkan didukung terang-terangan lewat media massa.
Meskipun demikian, ada juga factor penghalangnya, yaitu masih banyaknya ulama, tokoh Islam dan umat Islam yang peduli pada agamanya. Maka akibatnya, nabi palsu ini ajarannya dilarang beredar oleh kejaksanaan Negeri Jakarta untuk wilayah Jakarta, sejak 29 Oktober 2007M. Para pentolannya ditangkap polisi untuk diproses. Kemudian dilarang secara Nasional di seluruh wilayah Indonesia oleh Pakem (Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat) Kejaksaan Agung, November 2007. Ahmad Moshaddeq sang nabi palsu pun mendekam dalam tahanan untuk diproses ke pengadilan.
Lantaran dilarang itu maka ada pihak-pihak yang tidak rela dengan larangan itu, di antaranya Abd Moqsith Ghazali orang UIN (Universitas Islam Negeri) Jakarta, pentolan JIL (Jaringan Islam Liberal) lewat Metro TV 29 Oktober 2007 dan teman-temannya dari kelompok liberal lewat aneka sarana. Kelompok sesat dan membela kesesatan ini dijuluki dengan sarkasme, sepilis (sekulerisme, pluralisme agama –menyamakan semua agama— dan liberalisme).

Pelajaran dari kasus ini
MUI kecolongan karena melaksanakan dialog dengan JIL (Jaringan Islam Liberal, yang diawaki Moqsith Ghazali) dan pentolan Al-Qiyadah (tidak hadir) di Metro Tivi Senin malam 29 Oktober 2007M. Kehadiran MUI itu sama dengan mendudukkan JIL yang sudah difatwakan MUI 2005 bahwa faham liberalisme, pluralisme agama dan sekulerisme itu bertentangan dengan Islam, dan umat Islam haram mengikutinya; namun justru MUI mau duduk sejajar dengan JIL. Berarti JIL sejajar dengan MUI. Dan kalau pentolan nabi palsu hadir dalam dialog di televisi itu justru posisi MUI jadi minoritas, yaitu satu pihak dilawan oleh 2 pihak yang sesat. Kenyataannya Al-Qur’an pun ditolak hukumnya secara terang-terangan oleh Moqsith dalam dialog itu. Jadi MUI atau siapapun yang muslim sebenarnya haram hukumnya duduk bicara dengan orang model Moqsith dari JIL yang bicara menolak hukum Al-Qur’an terang-terangan itu.
“Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam,” (QS An-Nisaa’: 140).
Satu sisi JIL sementara menang, bisa seakan sejajar dengan MUI, padahal JIL jelas telah difatwakan oleh Munas MUI ketujuh, tahun 2005, bahwa fahamnya bertentangan dengan Islam. Namun ketika JIL jelas-jelas membela nabi palsu, sedangkan dia sendiri (Moqsith dari JIL) mengaku bahwa Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam itu nabi terakhir, maka masyarakat mendapatkan minimal tiga pelajaran:

a. Moqsith pentolan JIL itu cara berfikirnya kurang waras, karena dia sendiri mengaku bahwa Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam nabi terakhir tetapi dia tetap membela nabi palsu.
b. Makin jelas bahwa Moqsith bersama JIL dan sepadannya yang berfaham sepilis (sekulerisme, pluralisme agama, dan liberalisme) itu adalah penentang-penentang Islam yang terang-terangan, sampai yang sudah jelas musuh Islam berupa nabi palsu yang hukumannya hukum bunuh saja masih dibela. Berarti JIL mendudukkan diri sebagai musuh Islam secara nyata dan dipertontonkan kepada umat Islam secara terbuka.
c. Nabi palsunya sendiri, Ahmad Moshaddeq mengaku sudah bertaubat, 9 November 2007M. Tetapi para pendukungnya dari JIL dan liberal-liberal lainnya tetap “berjuang” mendukung kepalsuannya. Sehingga dalam kasus Ahmadiyah alias pengikut nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad, ternyata muncul tokoh-tokoh yang “melegalkan” Ahmadiyah bahkan menandatangani penjelasan JAI (Jemaat Ahmadiyah Indonesia) yang dikenal dengan 12 butir penjelasan JAI, yang menurut MUI tetaplah Ahmadiyah itu sesat karena penjelasannya itu tak menafikan Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi. Tokoh-tokoh liberal pendukung Ahmadiyah itu di antaranya Atho Muzhar (Kepala Badan Litbang Departemen Agama), Nasaruddin Umar Dirjen Bimas Islam Depag, Azyumardi Azra bekas rector IAIN Jakarta dan lainnya. Dengan kasus ini maka lebih jelas lagi bagi umat bahwa kelompok liberal (baik yang jualan di luaran atau kaki lima seperti Ulil Abshar Abdalla, Moqsith Ghazali dkk maupun yang di dalam lembaga structural – seperti Depag, IAIN-IAIN dan lain-lain) di samping mereka itu sesat memang selaku pembela kesesatan nomor wahid. Allah Subhaanahu wa Ta’ala telah menampakkan cela mereka (mengaku Muslim namun terang-terangan membela nabi palsu dan pengikut nabi palsu) walau mereka dalam keadaan mendekam di dalam sarang mereka. Sebagaimana dalam Al-Qur’an ada pula orang yang sangat memusuhi Islam, Al-Walid bin Al-Mughirah, yang kemudian terbunuh di Perang Badr dengan hidung terpotong. Sebelumnya, dia telah ditampakkan celanya oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala:

“Kelak akan kami beri tanda dia di belalai(nya)”[1491]. (QS Al-Qalam: 16).

[1491] yang dimaksud dengan belalai di sini ialah hidung. dipakai kata belalai di sini sebagai penghinaan.

UIN Jakarta memproduk nabi palsu dan pembelanya
Dari kenyataan ini, sudah jelas kerusakannya. Bahkan kalau ditengok lebih jauh ternyata lembaga yang dibincang ini telah memproduk nabi palsu pula, bahkan mengaku sebagai reinkarnasi Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, yaitu Abdurrahman, alumni Ushuluddin IAIN Jakarta 1997 yang mengabdi kepada Lia Aminuddin (belakangan sebutannya Lia Eden) sejak 1996. Kini nabi palsu itu masuk penjara atas vonis Mahkamah Agung 3 tahun penjara. Sebaliknya pembela nabi palsu justru meraih gelar doctor, walau disertasinya menuduh-nuduh Al-Qur’an sebagai ada kontradiksi, ditambah dengan menggelapkan atau bahasa kasarnya memutar balikkan ulama tafsir sekaliber Imam Ibnu Katsir.
Dalam buku Bunga Rampai Penyimpangan Agama di Indonesia, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2007, telah saya kemukakan 4 tafsir (Imam Ibnu Katsir, Imam Ibnu Taimiyyah, penafsiran Imam As-Syathibi, dan Imam As-Sa’di) dalam menafsirkan ayat 62 Surat Al-Baqarah dan ayat 69 Surat Al-Maidah yang sering diplintir pengertiannya oleh kaum liberal. Ayat itu sama sekali tidak menegaskan masuk sorga bagi orang-orang Yahudi dan Nasrani yang masih dalam agama mereka ketika sudah mendengar seruan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam. Adapun mereka yang mengikuti nabi mereka masing-masing di saat agama nabi itu belum diubah dan belum diganti oleh nabi berikutnya, maka mereka itulah yang dimaksud ayat yang terjemahnya mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati (QS Al-Baqarah: 62). Itulah di antara penafsiran dari empat ulama tersebut.
Seandainya para penguji disertasi Moqsith (selain Dr Salman Harun) masih mau menghargai para ulama tafsir, maka kemungkinan akan sama pendapatnya dengan Pak Salman Harun. Namun, boro-boro mau menghargai ulama, kalau sebaliknya, yaitu nabi palsu ya mau lah mereka untuk menghargainya. Bahkan maqomnya tidak usah sampai sederajat nabi palsu, cukup pengikut nabi palsu saja sudah menarik hati mereka, sehingga mereka mau menandatangani bersama pernyataan pengikut nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad, yaitu Jemaat Ahmadiyah Indonesia.
Itulah keblingernya. Ulama ditlikung, sedang nabi palsu dijunjung. Maka yang dijunjung sekarang pun adalah pembela nabi palsu, yaitu Abd Moqsith Ghazali. Diluluskan sebagai doctor, masih pula disanjung. Lembaga ini telah memproduk nabi palsu, dan menamatkan dengan terhormat pembela nabi palsu pula. Selangkah lagi kalau dia masuk dalam tim penafsir Al-Qur’an di Departemen Agama atau tingkat nasional, karena dia doctor di bidang tafsir Al-Qur’an, maka apa yang akan terjadi? Wallahu a’lam. Na’udzubillahi min dzalik.
disampaikan di Masjid Manarul ‘Ilmi ITS Surabaya Februari 2008



Khasiat Keladi Tikus

Tumbuhan keladi tikus mempunyai nama latin Typhonium flagelliforme (Lodd). Termasuk kedalam famili tumbuhan Araceae. Tumbuhan yang punya nama asing rudent tuber ini, telah digunakan oleh penduduk negeri tetangga kita Malaysia, sebagai obat penyakit kanker.

Hasil penelitian dari berbagai lembaga dan perguruan tinggi Malaysia dan beberapa negara tetangga menunjukkan bahwa sari tanaman (juice) ini dapat menghancurkan sel kanker.

Secara umum hasil penelitian menunjukkan efek membunuh atau menghambat pertumbuhan sel kanker, menghilangkan efek buruk khemoteraphy dan bersifat antivirus dan anti bakteri.

Kandungan kimiawi tanaman ini belum banyak diketahui atau belum dipublikasikan. Namun berdasarkan literature yang mencatat hasil penelitian dan pengalaman turun menurun dari berbagai negara dan daerah, tanaman ini dapat menyembuhkan penyakit kanker payudara, paru-paru, usus besar, rectum, lever, prostate, ginjal, leher rahim, tenggorokan, tulang, otak, limpa, leukemia, empedu, dan pancreas. Dan berdasarkan informasi dan pengalaman dari pemakai herbal ini bias digunakan untuk menetralisir racun narkoba.

Catatan:

  1. Wanita hamil dilarang menggunakan herbal ini
  2. Setelah operasi tidak boleh langsung minum keladi tikus, harus menunggu 2 minggu
  3. Dua hari pertama setelah minum mungkin akan mual, sedikit diare, kotoran hitam, dan lesu
  4. Kadang-kadang muntah atau mual sesudah lama minum keladi tikus, hentikan dulu atau kurangi

Rabu, 25 Juni 2008

Biografi Imam Ahmad bin Hambal

Al-Muzni berkata, Imam Asy-Syafi'i berkata kepadaku, "Di Baghdad ada seorang pemuda ketika ia berkata haddatstsana, maka semua orang akan percaya kepadanya dan membenarkan ucapannya." Ketika aku bertanya tentang siapakah pemuda itu maka Imam Asy-Syafi'i menjawab, "Pemuda itu adalah Ahmad bin Hambal."
Nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad din Hambal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdillah bin Hayyan bin Abdillah bin Anas bin Auf bin Qasath bin Mazin bin Syaiban bin Dzahl bin Tsa'labah bin Ukabah bin Sha'b bin Ali bin Bakar bin Wa'il bin Qasith bin Hanab bin Qushay bin Da'mi bin Judailah bin Asad bin Rabi'ah bin Nazzar bin Ma'd bin Adnan. Nasab Imam Ahmad bin Hambal bertemu dengan Rasulullah pada Nazzar.
Dari Muhammad bin Abbas An-Nahwi, dia berkata, "Aku pernah melihat Ahmad bin Hambal, dia berwajah tampan, berbadan sedang, bercelak, dan jenggotnya berwarna hitam. Dia mengenakan pakaian dari kain kasar yang berwarna putih dengan sorban dikepala dan selendang dipundaknya" . Dia adalah salah seorang sahabat yang istimewa bagi Imam Asy-Syafi'i. Hubungan persahabatan mereka berdua selalu terjalin dengan amat baik sampai Imam Asy-Syafi'i meninggalkan Baghdad menuju Mesir. Harmalah menceritakan bahwa pada waktu Imam Asy-Syafi'i bertolak ke Mesir dari Irak ia berkata, "tidak aku tinggalkan di Irak orang yang menyerupai Ahmad bin Hambal."

KELAHIRANNYA
Ibunya mengandungnya di Moro kemudian pergi ke Baghdad lalu melahirkan Ahmad bin Hambal pada bulan Rabiul Awal tahun 164 Hijriyah.
Ayah Imam Ahmad bin Hambal (yang bernama) Muhammad adalah seorang walikota daerah Sarkhas dan salah seorang anak penyeru Daulah Abbasiyah. Muhammad meninggal pada usia tiga puluh tahun pada tahun 179 Hijriyah.

AWAL MENUNTUT ILMU DAN PERJALANAN MENUNTUT ILMU
Al-Ulaimi berkata yang ringkasnya adalah sebagai berikut, "Sejak kecil Ahmad bin Hambal sudah menampakkan tanda-tanda kelebihannya dengan menguasai berbagai disiplin Ilmu dan banyak menghafal hadits. Ketika dia hendak pergi pagi-pagi sekali untuk mencari hadits, ibunya mengambilkan baju untuknya sambil berpesan, "tunggulah sampai terdengar adzan atau sampai orang-orang keluar diwaktu pagi."
Dia telah menempuh rihlah (perjalanan untuk mencari Ilmu) keberbagai negara, seperti Kufah, Bashrah, Hijaz, Makkah, Madinah, Yaman, Syam, Tsaghur, daerah-daerah pesisir, Maroko, Al Jazair, Persia, Khurasan, daerah pegunungan, serta ke lembah-lembah dan lain sebagainya.
Dia sudah mencari hadits sewaktu berumur enam belas tahun dan masuk ke Kufah untuk pertama kali dalam perjalanan rihlahnya pada saat Husyaim meninggal yaitu pada tahun 183 Hijriyah. Kemudian dia memasuki Kufah pada tahun 186 Hijriyah dan berguru pada Sufyan bin 'Uyainah.
Setelah itu ia melanjutkan perjalanan menuju Makkah pada tahun 187 Hijriyah dimana Al-Fudhail bin Iyadh meninggal. Pada tahun itu juga ia melaksanakan haji untuk pertama kalinya. Dia berguru kepada Abdurrazaq di Shan'a daerah Yaman pada tahun 197 Hijriyah dan akhirnya menemani Yahya bin Ma'in.

SANJUNGAN PARA ULAMA TERHADAPNYA
Al-Khathib dengan sanadnya dari Abdullah bin Ahmad bin Hambal dari Abu Zur'ah Ar-Razi dia berkata, "Ahmad bin Hambal telah hafal sebanyak 1.000.000 (satu juta) hadits." Ketika hal itu ditanyakan kepada Ahmad, "bagaimana kamu dapat menghafalnya ?" maka Ahmad menjawab, "Aku selalu mempelajarinya dengan menjadikannya beberapa bab."
Al-Husain bin Muhammad bin Hatim yang terkenal dengan sebutan Abid Al-Ajl dari Mihnan bin Yahya dia berkata, "Aku belum pernah melihat orang yang lebih baik dalam segala hal dari Ahmad bin hambal. Aku telah melihat Sufyan bin 'Uyainah, Waqi' bin Al-Jarrah, Abdurrazaq, Baqiyyah bin Al-Walid dan Dhamrah bin Rabi'ah serta ulama yang lain akan tetapi aku tidak melihat orang yang seperti Ahmad bin Hambal dalam keilmuan, kepandaian, zuhud, dan kewara'an."
Imamnya para Imam, Ibnu Khuzaimah, memberitahukan dari Muhammad bin Sahtawaih dari Abu Umair bin An-Nuhhas Ar-Ramali berkata, "Sungguh betapa besar kesabarannya terhadap dunia, sungguh dimasa lalu tidak ada orang yang menyamainya dan sungguh betapa dekatnya ia dengan orang sholeh. Ketika ditawarkan kepadanya kemewahan dunia, maka dia menolaknya dan terhadap bid'ah maka ia menentangnya. "
Dari Al-Husain bin Ismail dari ayahnya, ia berkata, "Dalam halaqoh pengajian Ahmad bin Hambal biasanya berkumpul kira-kira 5000 (lima ribu) murid atau lebih. Diantara mereka itu, minimal terdapat lima ratus ahli hadits menulis hadits sementara selebihnya adalah orang-orang yang belajar akhlak dan budi pekertinya."

KARYA-KARYANYA
Ibnu Jauzi berkata, "Ahmad bin Hambal tidak pernah kelihatan menulis kitab dan dia juga melarang untuk menulis perkataan dan masalah-masalah dari hasil istimbatnya.
Walaupun begitu, dia mempunyai karya yang banyak disamping menelurkan karya Al-Musnad yang didalamnya terdapat 30.000 (tiga puluh ribu) hadits.
Adz-Dzahabi menambahkan, "Kitab karyanya yang lain adalah kitab Al-Iman dan kitab Al-Asyribah. Kedua kitab ini lembaran-lembarannya merupakan lembaran dari kitab karyanya Al-Faraidh.

GURU DAN MURID-MURIDNYA
GURU-GURUNYA : Sebagaimana disebutkan Al-Khathib diantara guru-gurunya adalah : Ismail bin Ulaiyah, Husyaim bin Busyair, Hammad bin Khalid Al-Khayyad, Manshur bin Salamah Al-Khaza'I, Al-Muzhaffar bin Mudrak, Utsman bin Umar bin Fasis, Abu An-Nadhr Hasyim bin Al-Qasim, Abu Said maula Bani Hasyim, Muhammad bin Yazid, Yazid bin Harun Al-Wasithiyin, Muhammad bin Abi Adi, Muhammad bin Ja'far Ghundar, Yahya bin Said Al-Qaththan, Abdurrahman bin Mahdi, Bisyr bin Al-Mufadhdhal, Muhammad bin Bakar Al-Barsani.
Selain mereka, masih banyak lagi guru Imam Ahmad bin Hambal. Al-Mizzi dalam kitab karyanya Tahdzib Al-Kamal manyebutkan bahwa guru Imam Ahmad bin Hambal itu sebanyak 104 (seratus empat) orang.

MURID-MURIDNYA : Diantara orang yang meriwayatkan hadits dari Ahmad antara lain ; Kedua anaknya yang bernama Shaleh dan Abdullah, seorang anak paman Imam Ahmad yang bernama Hambal bin Ishaq, Al-Hasanbin AshShabbah Al-Bazzar, Muhammad bin Ishaq Ash-Shaghani, Abbas bin Muhammad bin Ad-Duri, Muhammad bin Ubaidillah Al-Munadi, Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Muslim bin Al-Hajjaj An-Naisaburi, Abu Zur'ah, Abu Dawud As-Sijistani, Ibrahim Al-Harbi dan lain-lain.

KETEGUHANNYA MENGIKUTI SUNNAH
Imam Ahmad berkata, "Aku tidak pernah menulis satu pun hadits Rasulullah kecuali hadits itu sudah aku amalkan. Ketika aku menjumpai hadits,
"Sesungguhnya Rasulullah pernah berobat dengan berbekam dan memberi upah Abu Thaibah satu Dinar" (HR.Al-Bukhari, 4/380, Muslim,10/242, Malik,2/974)
Maka akupun telah mempraktekkannya dengan memberikan upah satu dinar kepada tukang bekam."
Abdullah bin Ahmad bin Hambal mengatakan, "Aku tidak pernah melihat ayahku bercerita tanpa kitab kecuali kurang dari seratus hadits, aku juga pernah mendengar ayahku berkata, "Imam Asy-Syafi'i berkata kepadaku, "Wahai Abu Abdillah, apabila kamu menjumpai hadits yang menurutmu shahih, maka tolong beritahukan kepadaku agar aku mengikutinya, baik hadits dari Kuffah, Bashrah, maupun dari Syam. Sesungguhnya kamu lebih tahu tentang hadits yang shahih dari pada aku."

COBAAN YANG MENIMPANYA
Secara silih berganti dan berurutan Ahmad bin Hambal menghadapi cobaan dari empat penguasa sekaligus yaitu Al-Makmun, Al-Mu'tashim, Al-Watsiq dan Al-Mutawakkil. Diantara keempatnya ada yang mengancam dan menteror ada yang memukul dan memasukkannya ke penjara, ada yang menggiring dan berlaku kasar kepadanya dan yang terakhir mengiming-imingi kekuasaan dan harta kekayaan.
Ini salah satu dialog Imam Ahmad bin Hambal dengan Al-Mu'tashim.
Al-Mu'tashim berkata, "Apa pendapatmu tentang Al-Quran?". Dia menjawab, "Al-Quran adalah firman Allah yang Qadim dan bukan makhluk. Allah telah berfirman,
"Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengan firman Allah" (At-Taubah : 6)
Al-Mu'tashim bertanya lagi, "Apakah kamu mempunyai Hujjah yang lain ?"
Dia menjawab, "ada, yaitu firman Allah yang berbunyi,
"[Tuhan] yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan Al-Quran."(Ar- Rahman : 1-2)
Dalam ayat ini Allah tidak berfirman, "[Tuhan] yang Maha Pemurah, yang menciptakan Al-Quran." Allah juga berfirman,
" Yaa Siin. Demi Al-Quran yang penuh hikmah." (Yasin :1-2)
Dalam ayat ini Allah tidak berfirman, "Yaa Siin. Demi Al-Quran yang makhluk."
Setelah mendengar penjelasan Imam Ahmad ini, Al-Mu'tashim lalu berkata, "Penjarakan dia."
Pada masa khalifah Al-Mutawakkil, beliau sangat memperhatikan kesejahteraan, memuliakan dan mengagungkan Ahmad bin Hambal. Al-Mutawakkil memberikan baju, uang dirham dan baju mantel kebesaran kepada Imam Ahmad. Namun Imam Ahmad menyingkap pemberian itu justru dengan menangis seraya berkata, "sejak enam puluh tahun aku dapat selamat dari ini semua, akan tetapi di penghujung usiaku, Engkau uji aku dengan ini."

SAKIT DAN MENINGGALNYA
Imam Al-Bukhari berkata, "Abu Abdillah mulai sakit dua malam memasuki bulan Rabiul Awal dan meninggal pada hari jum'at tanggal 12 Rabiul Awal."
Al-Khallal berkata, "Al-Marwazi berkata, "Jenazahnya dikuburkan dari rumah duka setelah orang-orang selesai menunaikan sholat Jum'at."
Rasulullah bersabda,
"Tidak meninggal seorang yang berIslam pada hari Jum'at kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur." (HR.Ahmad,2/ 169,At-Tirmidzi, 9/195)
Abu Bakar Al-Khallal berkata, "Aku telah mendengar Abdul Wahab Al-Warraq berkata, "kami belum pernah tahu ada kumpulan manusia sebanyak ini baik dimasa Jahiliyah maupun setelah masa Islam. Semua tempat penuh dengan manusia, jumlah mereka yang turut mengiringi jenazahnya mencapai sekitar 1000.000 (satu juta) orang. Turut hadir di perkuburannya perempuan sekitar 60.000 (enam puluh ribu) orang. Begitu banyaknya manusia sehingga para penduduk setempat membuka pintu rumah mereka untuk tempat wudhu.

Sumber : Min A'lam as-Salaf ( 60 Biografi Ulama Salaf )
Syaikh Ahmad Farid

Kamis, 12 Juni 2008

Copet

Siang, Rabu 10 Juni 2008
Guwe tunggu tu bis lama banget, hari niy tuh ada ujian lagi jam satu dan guwe baru berangkat jam setengah satu lewat. Padahal semua jurusan udah kaga ada ujian palagi pacar guwe, rasanya mereka semua udah berlibur entah kemana. Akhirnya ada juga tu bis hijau satu-satunya ke arah kampus guwe, ya Allah haruskah aku berdiri??? yasudahlah bis ini mang slalu ramai…
Naiklah guwe ke tu bis, mencari posisi dong guwe biar bisa bertahan berdiri selama perjalanan ampe kampus, yaa alhamdulillah dech klo ada yg ngasih tempat duduk bwt guwe. Sang kenek (bahasa apa tu “kenek”) meminta bayaran, nih 3000 rupiah. Gw bayar pake uang pas hiks…hiks… ongkos hari gini dah pada naik.
Sang kenek membetulkan kursi tambahan yang berada dekat supir tapi dengan kursi seperti itu telur juga bisa mateng gara-gara bawahnya mesin panas, tp gw duduk aj dulu dech. Ngga nyampe setengah perjalanan makin banyak aja yang naik ke bis palagi anak-anak sekolah.
Ya Allah tu tangan bapak-bapak ngapain ada dibalik tas yang dia bawa untuk menutupi aksinya… sepintas gw pikir paling lagi betulin resletingnya rusak kali atau betulin yang lain di daerah situ. Guwe selalu waspada apa yg dilakukan orang-orang di sekitar guwe, jangan ampe aj guwe yg kena ngga cuma sekali ini aja guwe melihat kejadian begini.
Tatapan mata guwe buat tu copet kaget kali ya ngelihatin dia bertingkah aneh memegang daerah situ. Guwe langsung sadar itu orang ternyata sedang beraksi, setelah anak sekolah itu turun guwe berdiri aja dari tu kursi yang panas. Kursi itu guwe kasih aja buat seorang ibu yang baru naik. Sebenarnya biar tu ibu ngga jadi mangsa, guwe secara halus aja menyuruh tu ibu duduk. Oke dech, guwe berada tepat disamping tu copet yang aksi pertamanya terhadap anak sekolah yang tidak menjaga barang bawaannya akhirnya gagal.
Next victim copet kelihatannya si mahasiswi berkerudung yang lagi-lagi juga ngga menjaga banget tas yang dia apit di ketek. Bis hijau memasuki pintu tol, serasa jauh sekali perjalanan guwe ampe lewat tol segala. Si copet tidak beraksi selama berada di jalan tol. Mungkin karena kaga bisa turun kalo dijalan tol sedang beraksi terus ketahuan dan kabur. Kan ngga mungkin dia loncat ke jalan tol.
Ngga nyampe lima menit bis hijau dah kluar pintu tol, aksinya masih terfokus pada mahasiswi berkerudung. Guwe intai aja tu copet eh rasanya dia tahu klo gw ngelihat aksinya dari tadi. Mahasiswi tersebut turun dari bis dan gagal lagi si copet mendapatkan mangsa. Selanjutnya bis sudah mulai sepi karena tujuan terakhir akan segera tiba, seolah-olah matanya mencari mangsa tetapi tidak ada korban karena semua penumpang mendapatkan tempat duduk hanya si copet saja yang berdiri sama guwe juga masih berdiri hiks... menyedihkan.
Oops belum tuh aksinya berakhir, setelah sampai di suatu kampus, ada mahasiswi yang siap-siap untuk turun. Bodoh atau gaya ya itu mahasiswi pake tas transparan yang semua orang bisa lihat isi tasnya apaan, karena terbuat dari plastik dan seperti jala nelayan, pastinya kalau ujan basah semua tu isi tas. Dia mungkin korban berikutnya, lho si copet ikut mepet-mepet dibelakang tu mahasiswi tapi ngga beraksi untuk mencopet karena gw masih ngelihat si copet.
Ternyata si copet ikut turun lho bersama tu mahasiswi, mungkin karena si copet diketahui aksinya dari tadi am guwe, akhirnya dia turun dari bis hijau atau mau mencopet di tempat lain. Apa yang dia lakukan selanjutnya ya… guwe akan mengenal tu wajah copet yang pura-pura bawa tas padahal kaga ada isinya tas si copet. Semoga di lain waktu guwe bisa menangkap basah kuyup tu copet dan mengurangi percopetan yang beraksi di bis-bis ibukota Jakarta.
Sampai juga guwe di Kober tapi jam menunjukkan pukul satu lewat lima menit huwaaa, telat dong guwe, dengan secepat titipan kilat gw jalan dari kober menuju perpustakaan pusat dan ternyata ujian belum di mulai, dan gw dah basah kuyup keringetan kepanasan mendidih segala.

Nicola, paralyzed after a car crash, falls in love for his physiotherapist Lucia. Franco and Manuela, a young couple unfit to have child, fly to (more...)
50% liked it

Unrated

Director: Giovanni Verone...

Released: Jan 19, 2007