Kamis, 29 Mei 2008

Play Boy

Pertemuan itu terjadi di sebuah lift apartemen antara Rio dan seorang wanita cantik. Rio Mereka berbincang-bincang cukup lama di dalam lift yang sepi dan pengap. Awalnya Rio mencoba berbasa-basi.
“Turun lantai brapa Mbak?” Rio bertanya dengan ramah.
“Saya ngga turun tapi mau naik ke lantai 10,” sahut wanita itu dengan sedikit kesal.
”Maksud saya, mau ke lantai brapa?” Rio mulai tersenyum menutupi rasa malunya. Rio pun menekan tombol 10.
Apartemen Rio juga terletak di lantai 10. Biasanya, lantai demi lantai dilewatinya tanpa ada seorang pun yang masuk ke dalam lift tersebut selain dirinya. Maklum saja, belum banyak yang tinggal di apartemen tersebut karena biaya sewanya cukup mahal. Namun uang bukan masalah bagi Rio. Beruntung ia adalah anak dari pengusaha tekstil terkenal di Indonesia, jadi kondisi keuangannya selalu terkendali.
Untuk melepas keheningan dalam lift, Rio pun memulai percakapan dengan wanita tersebut. Dari dandanannya, ia terlihat seperti mahasiswi tingkat pertama yang hidup sederhana, sedangkan Rio adalah mahasiswa tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi swasta termahal di Jakarta.
”Pulang kuliah ya?” Rio mulai penasaran dengan wanita itu.
“Ngga.”
“Nama saya Rio, nama Mbak siapa?” Rio yang memang termasuk laki-laki yang banyak dipuja setiap wanita pun memamerkan senyuman khasnya. Rio mempunyai sifat playboy . Wajar saja, ia ganteng dan kaya raya. Semua wanita di dunia ini tidak akan ada yang bisa menolak pesonanya.
“Rini.”
“Namanya bagus. Sama seperti orangnya yang cantik.”
Rini pun tersipu malu, namun ia mencoba untuk jaim. Saat itu Rini tidak hanya membawa satu tas kerja saja tapi ia membawa dua tas besar.
Jiwa playboy dari Rio pun timbul saat ia melihat kedua tas yang dibawa oleh Rini.
“Mau aku bawain tasnya? Aku kasihan liat kamu bawa tas berat.” akhirnya Rio membantu Rini membawa tasnya hingga sampai di depan pintu kamar Rini.
“Makasih ya Rio” Rini memberikan senyum manisnya pada Rio.
“Iya sama-sama, aku juga seneng bantu kamu. Oh iya, apartemenku tepat di depan apartemen kamu, kalau bisa dateng aja kapanpun kamu butuh saya.” Lagi-lagi Rio memamerkan senyumannya. Rini menjadi salah tingkah dan segera masuk ke apartemennya.
Memang tidak disangka apartemen Rini terletak persis di depan apartemen Rio. Bagaimana mungkin mereka tidak mengenal sebelumnya, padahal Rio selalu menunggu-nunggu untuk bertemu wanita cantik setiap harinya.
Keesokan harinya, saat Rio mau berangkat kuliah, dengan tidak sengaja mereka berdua bertemu lagi dan menuju lift untuk turun. Hanya saja saat itu terdapat satu wanita lagi yang memang sudah sangat mengenal Rio, masuklah mereka bertiga ke lift. Wanita itu bernama Lana, ia adalah teman tapi mesranya Rio. Lana adalah teman satu kampusnya. Lana sangat tergila-gila pada Rio.
“Rio, kamu kok ngga pernah main-main lagi ke apartemenku? Nanti abis kuliah kita nonton bareng ya....Aku kan kangen kamu.” Lana bersikap menggoda sambil mengelus-elus rambut Rio. Rio hanya tersenyum malu-malu. Ia tidak ingin Rini tahu bahwa Rio adalah serang playboy, alasannya karena Lana adalah incarannya yang terbaru. Setelah keluar dari lift akhirnya Rio berjalan bersama Lana ke basement tempat Rio memarkir mobilnya. Saat di dalam mobil Lana mulai menggoda Rio.
“Rio.....kita ngga usah masuk kampus aja...kita pergi berdua aja.” Lana memeluk Rio.
“Nanti aja ya sayang, kita kuliah dulu.”
Saat sampai di tempat parkir kampus, Lana tidak henti-hentinya menggoda Rio. Rio yang memang playboy pun tak kuasa menahannya. Mereka akhirnya bermesraan di dalam mobil selama kurang lebih satu jam lamanya. Saat itu Rio tidak ingat sama sekali pada Rini.
“Ayo masuk kelas, nanti kita telat kuliah jam pertama. Aku udah 3 kali bolos kuliah itu.” Rio melepaskan pelukan Lana. Lana sedikit kesal namun ia mengikuti perkataan Rio. Mereka memutuskan untuk masuk kelas.
Sesampainya di kelas, ia duduk terpisah dari Lana. Ini sudah menjadi hal biasa, Rio tidak pernah mau terlihat di depan umum dengan wanita. Ia seorang playboy, banyak wanita yang berharap bisa bersama dengannya, lalu untuk apa menunjukkan kedekatan dengan wanita di depan umum?
Dosen laki-laki yang genit dan suka menggoda para mahasiswi di kampusnya, tidak bisa mengajar karena sakit, oleh karena itu kuliah jam pertama diambil alih oleh asdos yang sudah ditunjuk oleh dosen itu. Rio juga pernah mengincar asdos ini, bahkan asdos yang cantik ini pernah menginap di apartemen Rio pada semester yang lalu. Tidak perlu dijelaskan lagi apa yang dilakukan oleh mereka berdua bukan? Yang pasti, Rio mendapat nilai A untuk mata kuliah tersebut.
Setelah selesai kuliah, Rio langsung pulang ke apartemennya. Ia ingin menyiapkan makan malam yang romantis untuknya dan Rini nanti malam. Ia berencana mengejutkan Rini disaat ia pulang kuliah nanti dengan mengajaknya candle light dinner di apartemen Rio.
Semua peralatan makan malam sudah siap, Rio hanya tinggal menunggu Rini pulang. Ia sudah memperkirakan jam pulang Rini. Saat mereka bertemu pertama kali, Rini pulang jam 8 malam.
Tepat jam 8 malam, Rini kaget namun juga bahagia melihat Rio berdiri di depan pintu apartemennya dengan membawa buket bunga lily putih yang sangat indah.
“Ini bunga buat kamu Rin.”
“M...makasih ya Rio.” Rini tersipu malu.
“Aku mau ajak kamu makan malam di apartemenku, kamu mau?”
“Boleh...tapi Din....” Rini nampak sedikit ragu dan tidak bisa melanjutkan kata-katanya.
“Din...??Din apa?” Rio bertanya dengan sedikit bingung.
“Din...dingin...,mmh...ya ya...ayo kita ke apartemenmu” Rini nampak menutupi sesuatu.
Tak lama kemudian mereka menikmati makan malam buatan Rio. Rio membuat suasana di apartemennya menjadi sangat romantis. Tak henti-hentinya ia memuji Rini. Ia juga menanyakan banyak hal tentang Rini.
“Kamu kuliah dimana Rin?”
“Mmh...di daerah Menteng, kampus kecil, kamu pasti tidak tahu di mana.” Rini malu menceritakan tentang dirinya. Ia memang bukan orang kaya seperti Rio, karena itu ia kaget mengapa laki-laki ganteng dan kaya seperti Rio mau mengajaknya makan malam yang romantis berdua saja.
“Ayah ibu kamu tinggal dimana?”
“Mereka sudah meninggal Rio, di suatu kecelakaan pesawat 5 tahun yang lalu.” Terlihat roman muka sedih dari Rini saat menjawab pertanyaan Rio.
“Oh maaf,aku turut sedih.” Rio memegang tangan Rini dan tersenyum manis. Rini hanya diam saja saat tahu Rio memegang tangannya. Rio juga merasa senang karena Rini sepertinya tertarik padanya.
“Lalu Rin, kmu tinggal sama siapa?”
“Mmmh...Rio gimana kalau kita nonton TV, ada sinetron bagus yang ingin aku tonton.” Rini dengan cepat mengalihkan perhatian Rio. Namun Rio tidak sadar bahwa Rini sedang pengalihkan perhatiannya.
Mereka akhirnya duduk berdua menonton TV di sofa panjang yang nyaman. Rio mulai merangkul bahu Rini, dan Rini diam saja. Tak lama kemudian Rio mulai berani mengelus-elus rambut Rini dan melontarkan pujian padanya. Rini semakin tenggelam dalam pesona Rio.
“Rio, siapa wanita yang tadi pagi di dalam lift?” Rini penasaran dengan Lana.
“Oh...dia itu hanya salah satu fans. Lagipula aku lebih tertarik pada kamu daripada dia, kamu juga lebih cantik dari dia.” Rio melontarkan pujian-pujian pada Rini dengan maksud untuk dapat menghabiskan sisa malam ini dengannya.
Di saat suasana menjadi semakin nyaman bagi mereka berdua. Rio mulai mencoba mengajak Rini untuk bermesraan, Rini yang memang tertarik pada Rio dan tak kuasa menahannya pun akhirnya pasrah. Namun tiba-tiba Rini mendorong Rio, ia seperti teringat akan suatu hal.
“Rio...maaf..aku harus pergi,ia akan segera pulang!” Rini panik, namun Rio tak mengerti apa yang membuat Rini panik.
“Kamu kenapa Rin? Siapa yang akan pulang?” Rio juga menjadi panik seperti Rini.
“Maaf Rio....aku harus pergi sekarang!” Rini segera bergegas membereskan bajunya dan berlari menuju apartemennya.
Tinggal lah Rio yang masih bingung mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Ia mencoba mengingat-ingat apakah ada perlakuannya pada Rini yang kurang ajar, namun tidak ada. Rio segera tidur dan berharap dapat bertemu dengan Rini besok pagi.
Pagi itu Rio sudah menunggu di depan apartemennya untuk bisa bertemu dengan Rini. Beruntung, ia akhirnya bertemu dengan Rini yang juga akan pergi ke kampus. Rio segera menanyakan apa sebenarnya yang terjadi tadi malam.
“Rin, aku ngga ngerti, kamu kenapa tadi malam?” Rio langsung menyerang Rini dengan sedikit memaksa.
“Rio, aku ngga bisa lagi ketemu sama kamu. Aku khilaf kemarin ini, aku ngga boleh ketemu kamu lagi.” Rini menghindar dari Rio.
“Tunggu Rin, aku mau kamu jelasin dulu apa alasan kamu, kenapa kita ngga bisa ketemu lagi! Aku suka sama kamu, apa itu salah!” Rio menarik lengan Rini dengan paksa.
“Ngga Rio.....kamu ngga boleh suka sama aku.” Rini menarik-narik lengannya supaya lepas dari pegangan Rio.
“Kenapa? Kmu udah punya Pacar?” Rio tidak menyangka Rini akan berkata demikian.
“Karena aku adik dari Dini!” Rini membentak Rio.
“Di...Dini...?” Rio mulai berbicara dengan terbata-bata.
“Kamu ingat asdos yang pernah kamu goda dan akhirnya sampai menginap di apartemenmu?! Aku tertarik padamu Rio. Namun setelah aku menceritakan tentang dirimu pada Dini kakakku, ia memberitahuku bahwa kamu adalah laki-laki yang pernah mempermainkannya hanya agar kakakku mau mengganti nilai ujianmu akhirmu menjadi A. Setelah itu, kamu menertawakannya di depan teman-temanmu. Kemarin aku merahasiakan pertemuan kita padanya, itu alasanku mengapa aku dengan tiba-tiba pulang ke apartemenku.” Rini berbicara dengan sangat marah pada Rio.
“Ngga, aku ngga akan mengulangi perbuatan itu lagi. Aku sudah berniat untuk tidak menjadi playboy lagi setelah bertemu denganmu Rin.” Sahut Rio dengan sedih.
“Maaf Rio, aku tidak berani mengambil resiko. ” Rini lalu meninggalkan Rio dan masuk ke dalam lift.

Tidak ada komentar:

Nicola, paralyzed after a car crash, falls in love for his physiotherapist Lucia. Franco and Manuela, a young couple unfit to have child, fly to (more...)
50% liked it

Unrated

Director: Giovanni Verone...

Released: Jan 19, 2007